Ayah…
Ayah itu, memiliki banyak sapaan, bisa dipanggil Papa, Papi, Bapak, Father ataupun Dad. Ayah itu, adalah kepala keluarga dalam rumah tangga. Ayah bekerja tanpa lelah hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Setiap hari Ayah banting tulang dari pagi hari hingga senja. Kata ‘lelah’ tak ada dalam kamus Ayah, yang ada hanyalah kebahagian, untuk keluarganya.
Ayahku…
Ayahku adalah sinar mentari dalam hidupku dan mentari itu adalah Mama. Jika tak ada Ayah, mentari tak kan bersinar. Jadi, Ayah dan Mama adalah mentari dan sinarnya. Terkadang, aku selalu membenci Ayahku. Itu, karena, aku yang tidak suka mendengar kata-kata Ayah. Karena, kata-katanya yang sedikit kasar. Siapa coba yang suka dengan begitu, tidak ada kan?
Ayah…
Dirumah hanya Ayah yang bekerja. Aku dan Ayah memang tidak terlalu akrab, komunikasi antara kami, juga kadang. Hanya kalau ada hal yang penting saja aku bercakap dengannya. Aku tidak pernah manja dengan Ayahku, karena Ayahku tidak suka memanjakan anaknya, katanya manja itu membawa kita menuju kegagalan. Ayah ingin aku bisa mandiri tapi, aku belum bisa sampai disitu.
Ayah…
Satu hal yang membuatku bisa dekat denganmu adalah, nonton bola. Yap, BOLA adalah pemersatu antara aku dan Ayahku. Ayah suka nonton bola, begitupun aku. Aku senang kalau ada acara bola di stasiun TV karena, hanya bolalah yang bisa menyatukan aku dan Ayah. Dan karena Ayahlah yang perkenalkanku ke dunia olahraga, dunia sepak bola karena, Ayah aku jadi suka dengan sepak bola meskipun, profesi Ayah bukan sebagai pemain bola. Makanya, aku selalu senang dengan sepak bola. Mottoku saat ini ialah “FOOTBALL IS MY HEART”. Mentari adalah Mama, dan Ayah adalah sinar mentari yang selalu menerangi kegelapan hatiku. Ayah, Mama, dan Bola adalah separuh nyawaku karena dialah tiang atau penegak hatiku. Ayah… adalah sinar mentari untukku, untuk diriku, untuk HanAa… J J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar